ANALISA PENALARAN DEDUKTIF
Nama
: Caren destianne
Kelas
: 3 eb
22
NPM
: 21210517
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2
(softskill)
TUGAS
Penalaran adalah proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
A. Penalaran Deduktif
Adalah suatu penalaran yang berpangkal
pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih
khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi
operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami
suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala
tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian
konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci
untuk memahami suatu gejala.
Contoh : yaitu sebuah sistem
generalisasi.
TV adalah barang eletronik dan
membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
VCD Player adalah barang elektronik dan
membutuhkan daya listrik untukberoperasi,
Generalisasi : semua barang elektronik
membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Penalaran Deduktif yaitu Penalaran yang
bertolak dari sebuah konklusi/kesimpulan yang didapat dari satu atau lebih
pernyataan yang lebih umum. Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu
proposisi tempat menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
1. Penarikan
secara langsung ditarik dari satu premis.
2. Penarikan
tidak langsung ditarik dari dua premis.
Premis pertama adalah premis yang
bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.
· Faktor
– faktor penalaran deduktif, antara lain :
1) Terdapat pada kalimat
utama Penjelasannya berupa hal-hal yang umum
2) Kebenarannya jelas
dan nyata
· Jenis
penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
a) Silogisme
Kategorial;
b) Silogisme
Hipotesis;
c) Silogisme
Disyungtif;
a a. Silogisme
Kategorial
Silogisme Kategorial yaitu silogisme yang
semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme
disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis
yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah
(middle term). Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
1. Premis
umum : Premis Mayor (My)
2. Premis
khusus : Premis Minor (Mn)
3. Premis
simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Contoh silogisme Kategorial:
1) My
: Semua
mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn
: Susi adalah mahasiswa
K
: Susi lulusan SLTA
2) My
: Tidak ada manusia yang tidak
bernafas
Mn
: Andi adalah manusia
K
: Andi bernafas
3) My
: Semua siswa SLTA memiliki ijazah
SLTP.
Mn
: Yudi tidak memiliki ijazah SLTP
K
: Yudi bukan bukan siswa SLTA
Prinsip-prinsip silogisme kategoris
mengenai proposisi :
1) Silogisme
harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2) Silogisme
terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3) Dua
premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4) Bila
salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5) Dari
premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari
dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila
premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8) Dari
premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
9) Salah
satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.
b b. Silogisme
Hipotetis
Silogisme Hipotetis adalah argumen yang
premis mayornya berupa proposisi hipotetis, sedangkan premis minornya adalah
proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetis :
1. Silogisme
hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme
hipotetis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme
hipotetis yang premis minornya mengingkari antecedent,seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan
dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme
hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak
penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetis
Mengambil konklusi dari silogisme
hipotetis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang
penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan
konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetis adalah:
a. Bila A
terlaksana maka B juga terlaksana.
b. Bila A
tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
c. Bila B
terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
d. Bila B tidak
terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum di atas menjadi jelas
dengan penyelidikan
c c. Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah silogisme
yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik
yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis
mayor.Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor
adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam,
silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti
luas.
1) Silogisme disyungtif
dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus,
Jadi ia bukan tidak lulus.
2) Silogisme disyungtif dalam
arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit
maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu :
1) Premis minornya mengingkari
salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain,
seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.
2) Premis minor mengakui
salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain,
seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid
Referensi Online :